abdul hakim wrote on August 19, 2010.
DARI lubuk hati yang paling dalam setiap insan pasti ingin memperoleh ketenteraman dalam rumah tangganya. Suami yang mampu melindungi isteri, isteri yang mampu mencintai dan mendidik anak-anak, anak-anak yang santun serta berbakti, adalah suatu cita-cita ideal yang akan terus bergolak dalam setiap jiwa. Dengan demikian, untuk kedua mempelai, membangun keluarga menuju keluarga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah, jelas memerlukan persiapan yang baik. Sebuah keluarga tidak akan tumbuh serta merta menjadi baik dengan sendirinya tanpa persiapan yang baik pula. Lalu, faktor-faktor apa saja yang perlu kita persiapkan? Mudah-mudahan beberapa "resepi" berikut ini dapat membantu membuat perjalanan pernikahan menjadi indah dan menenteramkan kalbu.
Pertama, software-nya, yakni kalbu kita yang harus selalu yakin kepada Allah. Kerana yang selalu menimbulkan orang stress, tidak dapat menerima kenyataan, sekali-kali bukan kerana masalahnya. Melainkan kerana keyakinan dia yang lemah kepada Allah. Kita harus sedar sesedar-sedarnya bahwa diri kita ini milik Allah. Calon isteri atau suami kita adalah milik Allah. Yang mengetahui segala perasaan pada diri kita adalah Allah. Yang memerintahkan kita menikah adalah Allah. Pernikahan yang terjadi juga dengan izin Allah.
Bahkan kebahagiaan yang kita raih pun adalah kerana pertolongan Allah. Jadi, kuncinya adalah Allah. Kalau kita tidak yakin kepada Allah, kita tidak akan mendapatkan kuncinya. Allah-lah yang menjanjikan kita berpasang-pasangan. Allah-lah yang menyuruh kita menikah. Dan menikah itu ibadah, sedang Allah menyuruh kita ibadah. Jadi, kita tidak perlu merasa ragu-ragu lagi. Maka kembalikan segalanya kepada Allah. Kita tidak boleh su'udzan sedikit pun. Tidak boleh merasa rendah diri karena penampilan kita yang kurang menarik dan pendidikan yang rendah. Atau kerana orangtua kita yang dianggap miskin. Kalau kita merasa demikian, berarti kita telah menghina Allah. Sebab wajah maupun harta yang ada pada kita sesungguhnya bukan milik kita, semuanya milik Allah.
Kedua, tingkatkan keperibadian kita supaya disukai Allah. Perbaikilah apa pun yang dapat kita lakukan. Akhlak kita, perbuatan dan tingkah laku kita. Jagalah pandangan, bergaullah dengan lawan jenis dengan cara yang disukai Allah. Tidak usah sibuk dengan penampilan yang dibuat-buat. Sebab sesungguhnya tidak ada yang luput dari pandangan Allah. Apa pun yang kita perbuat pasti disaksikan-Nya. Maka, meningkatkan kualiti diri supaya disukai Allah adalah hal paling penting.
Kemudian yang tidak kalah pentingnya, kita harus latihan meningkatkan kedewasaan. Kerana untuk membangun rumah tangga tidak cukup hanya dengan kemahuan, keinginan, dan wang. Rumah tangga adalah samudera masalah. Kadang-kadang kita merasa bahawa dialah yang paling cantik di dunia. Akan tetapi setelah menikah, tidak jarang seorang suami malah merasa bahwa di dunia ini ternyata banyak wanita yang cantik, kecuali isterinya. Hal-hal seperti itu pun harus dikendalikan dengan kedewasaan. Jangan sampai kita tergelincir dan jatuh ke jurang maksiat hanya kerana masalah seperti ini.
Belum lagi dengan masalah lain yang sangat berpotensi untuk menimbulkan sengketa. Mertua, adik kita yang tinggal serumah dengan kita, bahkan anak kita sendiri yang masih bayi misalnya, semua bisa berpotensi menjadi masalah kalau kita tidak dewasa dan arif dalam menghadapinya. Hanya dengan kedewasaan dan kearifanlah semua masalah bisa diselesaikan. Seorang suami yang tidak matang, tidak dewasa, dan tidak arif, jelas hanya akan menambah masalah daripada menyelesaikan masalah. Demikian pula halnya dengan istri.
Ketiga, persiapan ilmu, terutama ilmu agama yang membuat kita dapat beribadah dan beramal dengan benar. Dan yakinlah bahwa Allah pun pasti akan menolong kita, kalau kita beribadah dan beramal dengan benar.
Ilmu agama penting dikuasai supaya kita tahu standard yang benar, mana yang hak dan mana yang batil. Kita pelajari rumah tangga Rasulullah saw. Kerana memang hanya rumah tangga Beliaulah yang dapat menjadi acuan tepat dalam menegakkan keluarga Islami. Kita dapat bercermin dari sejarah rumah tangga Beliau. Misalnya, ketika Beliau pulang ke rumah malam hari, lalu ketika pintunya diketuk tidak ada juga yang menyahut kerana isterinya tertidur.
Rasulullah tidak berani membangunkan. Akhirnya Beliau berbaring di depan pintu. Kita mungkin belum mampu seperti itu. Akan tetapi paling tidak kita memiliki standard yang jelas.
Keempat, belajarlah ilmu umum, seperti ilmu kesihatan, ilmu merawat tubuh,atau cara memahami wanita (bagi suami). Bagaimana menghadapi isteri saat menjalani haid, ngidam, saat kehamilan, saat melahirkan, dan lain sebagainya. Begitu pun isteri harus memahami bagaimana perilaku suami. Bagaimana emosinya, bagaimana karakternya, dan lain-lain. Maka, belajar ilmu psikologi yang banyak berkaitan dengan hal-hal seperti ini sangat diperlukan.
Kelima, persiapkan dan tingkatkanlah keterampilan. Seperti keterampilan menata rumah, mencari tambahan penghasilan, memasak, keterampilan menekan biaya hidup, dan lain-lain. Hal ini perlu dilakukan, baik oleh calon suami maupun calon istri. Sebab setelah menikah, keduanya berpeluang untuk berpisah. Suami harus berpikir bahwa ajal bisa datang menjemput bila-bila saja. Maka seandainya sang isteri meninggal lebih dulu, jangan sampai bebanan kerana tidak mampu menggantikan peranan isterinya. Begitu pun bagi isetri, ia harus siap ditinggal suaminya. Maka ia harus siap memberi nafkah keluarga dengan meningkatkan keterampilan menambah penghasilan.
Begitulah beberapa persiapan penting yang harus ditempuh bagi siapa pun yang sudah berniat berumah tangga. Semakin maksimal mempersiapkannya, insya Allah masalah apa pun yang dihadapi tidak akan membuat goyah. Melainkan tetap tegar dan yakin bahwa Allah akan menolongnya, sebagaimana firman-Nya, "Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu dan orang-orang yang layak (nikah) dari hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui." (Q.S. An-Nuur: 32)
BEKAL CALON SUAMI
Menyiapkan diri untuk memasuki samudra kehidupan rumah tangga secara mental dan fizikal sangat diperlukan disamping material secara lahirliah dan bathiniah, demikianlah kesempurnaannya.
Banyak umum mengatakan rumah tangga seperti sebuah '' sekolahan '', dimana kita sebagai murid-muridnya tiada jemunya harus menimba ilmu pelajaran yg tak henti-hentinya sepanjang hayat hidup perkawinan kita.
Rumah tangga juga kita ibaratkan sebagai lautan luas yang dikendalikan sebuah biduk perahu dimana didalamnya terdapat 2 nahkoda - suami dan isteri. Bukan itu saja, biduk perahu inipun terdapat penumpangnya, yakni keluarga masing-masing kedua pihak. Suksesnya sebuah biduk perahu ditentukan oleh cerdiknya 2 nahkoda mengendalikan perahu agar sampai keseberang lautan dan merapat pada dermaga pelabuhan rumah tangga yg bahagia
Material adalah pokok yang tidak bisa dipisahkan dari semuanya. Sebab material/ financial adalah tonggak / tiang kukuhnya rumah tangga. Dengan material anda membangun cita-cita rumah tangga anda, menghiasnya dengan perkakas keturunan dan mengapurnya dengan kapur kasih sayang. Sedangkan isteri anda, anda jadikan duta rumah tangga yg menghias rumah yg sejuk dan mendampingi anda baik dalam masa suka dan duka
Sebab itu persiapkan diri anda sebagai suami yang di-idam-idamkan oleh seorang isteri;
- hargailah isteri anda dan hormatilah dia sama seperti anda menghormati diri anda sendiri
- berikan kepercayaan padanya dan doronglah dengan hati yg tulus, jangan tinggalkan dia apapun maksud anda
- bangunlah asas rumah tangga dengan batu dan semen serta pasir kejujuran, jangan menyembunyikan sesuatu yg akhirnya hanya menghancurkan
- asahlah ketajaman hubungan dengan saling terbuka - komunikasi, hanya dengan cara ini, anda akan mengenal isteri anda dengan baik dari waktu ke waktu
- jangan cepat terpancing hasutan pihak lain, lebih baik anda mendengar sendiri dari isteri anda daripada orang lain.
point-point diatas hanyalah asas / dasar bagaimana anda mempersiapkan diri sebagai calon suami yang baik.
bagaimana selebihnya anda dan isteri mengarahkan biduk rumah tangga, semuanya berpulang dari kesepakatan anda berdua untuk menghadapi perkahwinan.
wallahu a'lam bisshowab