Pages

Mutiara Ilmu Islam: Jagalah Allah Pasti Allah Menjagamu


Dari Abil Abbas Abdullah bin Abbas dia berkata :
"Dahulu aku pernah berada di belakang Rasulullah, lalu beliau bersabda : "Wahai anak kecil sesungguhnya aku ingin mengajarimu beberapa kata, jagalah Allah, maka pasti Allah menjagamu, jagalah Allah pasti kau akan menjumpai-Nya dihadapanmu. Apabila engkau meminta maka mintalah kepada Allah dan jika engkau meminta pertolongan maka mintalah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah, seandainya suatu umat berkumpul untuk memberikan manfaat kepadamu maka mereka tidak dapat memberi manfaat tersebut kecuali yang telah ditakdirkan Allah untukmu dan apabila mereka berkumpul untuk memudaratkanmu maka mereka tidak dapat memudharatkanmu kecuali dengan apa-apa yang ditakdirkan oleh Allah atasmu, telah di angkat pena dan telah kering tinta" (HR. Tirmidzi, dan dia berkata hadits hasan sahih).

Di dalam riwayat selain Tirmidzi : "Jagalah Allah maka engkau akan mendapatkan-Nya dihadapanmu, kenalilah Allah di kala senang maka Dia akan mengenalmu di kala susah. Ketahuilah sesungguhnya apa yang tidak menimpamu maka dia tidak akan menimpamu dan apa yang akan menimpamu pasti dia akan menimpamu (tidak akan meleset). Dan ketahuilah bahawa kemenangan bersama kesabaran, kelapangan bersama kesempitan dan setelah kesulitan pasti ada kemudahan."

Takhrij Hadits

Hadits sahih, hadits ini memiliki 7 jalan dan lafadznya berbeza-beza. Dan yang paling baik adalah riwayat Hanasy ash-Shon'ani dari Ibnu Abbas r.a,dia berkata : "Dahulu aku pernah dibelakang Rasululllah ......" Riwayat ini dikeluarkan oleh Tirmidzi 2635 bersama Tuhfatul Ahwadzi dan ini lafadz beliau, Ahmad 1/293, Ibnu Wahab dalam Al-Qodr 28, Abu Ya'la dalam musnadnya 2556, Ibnu Sunny dalam Amalul Yaum Wal Laila 327 dan Thobrani dalam Do'a 42 dari jalan Laits bin Sa'ad dari Qois bin Hajjaj dari Ibnu
Abbas.

Syaikh Salim bin 'Id Al-Hilali mengatakan : Isnadnya sahih dan perawi-perawinya tsiqoh. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Ahmad 1/203&207, Baihaqi dalam Asma' Wa Sifat hal 97, Lalikai dalam Syarh Ushulu I'tiqod Ahli Sunnah Wal Jama'ah 1094&1095 dari jalan lain dari Qois bin al-Hajjaj. Dan juga dikuatkan oleh Yazid bin Abi Habib dari Hanasy, dan ini dikeluarkan oleh al-Ajuri dalam Syari'ah hal 198) Syaikh Salim mengatakan : "Isnadnya sshih, meskipun sebahagian jalan-jalannya yang lain tidak luput dari kelemahan tapi pegangannya adalah yang telah di sebut di atas. Wallahu a'lam.Sahih kitabul Adzkar wa dhoifuhu Syaikh Salim bin 'Id Al-Hilaly 2/999-1000.

Kedudukan Hadits

Ibnu Rojab v berkata : "Hadits ini mengandung wasiat yang berharga dan kaedah-kaedah umum tentang hal-hal penting dalam agama, sampai-sampai sebahagian Ulama mengatakan 'ketika aku merenungi hadits ini aku sangat tertarik sekali dan hampir-hampir aku gemetar.' Maka sangat disayangkan jika ada yang tidak tahu dan tidak memahami makna hadits ini."

Penjelasan Hadits

Nabi s.a.w bersabda :

"Jagalah Allah maka Allah pasti menjagamu".

Maknanya adalah jagalah perintah-perintah, larangan-larangan dan batasan-batasan serta hak-hak Allah yaitu dengan menjalankan apa yang Allah dan Rasul-Nya perintahkan serta menjauhi apa yang di larang. Barangsiapa yang melaksanakan hal itu maka Allah telah memujinya dalam firman-Nya :
"Inilah yang dijanjikan kepadamu, (yaitu) kepada setiap hamba yang selalu kembali (kepada Allah) lagi memelihara (semua peraturan-peraturan-Nya). (Yaitu) orang yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sedang Dia tidak kelihatan (olehnya) dan dia datang dengan hati yang bertaubat." (QS.Qoof: 32-33)
Termasuk hal yang penting untuk di jaga adalah solat sebagaimana firman Allah ta'ala :
"Jagalah segala solatmu dan sholat wustho (solat asar)." (QS.Al-Baqoroh : 238)
Allah sangat memuji orang yang menjaga solatnya:
"Dan orang yang selalu menjaga solat mereka." (QS. Al-Ma'arij : 34)
Allah juga memerintahkan untuk menjaga sumpah:
"Dan jagalah sumpahmu" (QS. Al-Maidah : 89)
Dan memerintahkan untuk menjaga kemaluan :
"Dan orang laki-laki dan orang perempuan yang menjaga kemaluan-kemaluan mereka." (QS. Al-Ahzab: 35).
Sabda Nabi s.a.w : "Maka pasti Allah menjagamu" maknanya adalah barangsiapa yang menjaga perintah-perintah Allah serta menjalankan kewajiban-kewajiban dan meninggalkan yang dilarang maka pasti Allah
menjaganya, kerana balasan itu tergantung dari perbuatannya.

Allah berfirman :
"Jika kalian menolong Allah maka pasti Allah menolong kalian" (QS. Muhammad : 7).
Penjagaan Allah kepada hamba-Nya di dunia ini berupa penjagaan terhadap kebaikan dan kemaslahatan dunia, badan, harta serta keluarganya.

Allah berfirman :
"Sedang ayahnya adalah seorang yang soleh" (QS. Al-Kahfi : 82).
Imam Ibnu Katsir v berkata (tentang tafsir ayat tersebut) : "Di dalam ayat ini terdapat dalil bahawa orang yang soleh itu keturunannya akan di jaga oleh Allah. Barakah ibadahnya akan meliputi mereka di dunia dan di
akhirat. Dan dengan syafaatnya di hari akhir kelak mereka akan di angkat derajatnya di syurga untuk menyejukkan pandangan orang tua mereka, sebagaimana yang tercantum dalam al-Qur'an dan as-Sunnah, Said bin Jubair mengatakan bahwa Ibnu Abbas menafsirkan ayat di atas dengan ucapan beliau : Mereka berdua di jaga dengan sebab kesolehan kedua orang tua mereka." Tafsir Ibnu Katsir 3/134.

Barangsiapa yang menjaga Allah pasti Allah menjaganya dari segala bahaya. Sebagaimana perkataan salaf : "Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, maka dia telah menjaga dirinya, dan barangsiapa yang tidak
bertakwa maka dia telah menzalimi dirinya sendiri sedang Allah tidak perlu kepadanya."

Di antara penjagaan Allah yang amat menakjubkan adalah penjagaan-Nya bagi seseorang yang bertakwa dari binatang buas. Bahkan binatang buas tersebut menjadi penjaganya seperti yang terjadi pada Safinah pembantu Rasulullah ketika perahunya pecah dan dia terdampar di sebuah pulau. Lalu dia melihat seekor harimau tapi harimau tersebut malah menunjukinya jalan keluar hingga harimau itu berhenti seraya bersuara (meraung) seakan-akan dia mengucapkan selamat berpisah dan akhirnya harimau itupunkembali ketempatnya semula. Diriwayatkan oleh Tabrani dalam Al-Mu'jam Al-Kabir" dengan sanad yang hasan lihat juga "Jami'ulum Wal Hikam" hal 468 oleh Ibnu Rajab.

Penjagaan Allah bagi hamba-Nya juga berupa penjagaan terhadap agama dan keimanannya dari segala syubhat yang menyesatkan dan dari syahwat yang diharamkan hingga dia bertemu Allah dalam keadaan diredhai-Nya. Oleh kerana itu Nabi berdoa agar di jaga oleh Allah ta'ala :
"Ya Allah, jika engkau mewafatkan diriku maka ampunilah aku, dan jika engkau membiarkan diriku hidup maka jagalah aku sebagaimana engkau menjaga orang-orang yang sholeh." . HR. Bukhari 8/169.

Nabi Yusuf di jaga oleh Allah dari fitnah yang menyesatkan dan dari syahwat yang diharamkan, Allah berfirman :
"Demikianlah kami palingkan dia dari keburukan dan kekejian, sesungguhnya dia termasuk hamba-hamba kami yang ikhlas" (QS. Yusuf : 24)

Kebersamaan Allah Dengan Hambanya yang Bertakwa
Nabi s.a.w bersabda :
"Jagalah Allah pasti kau akan menjumpai-Nya dihadapanmu." Barangsiapa yang menjaga perintah-perintah Allah dalam diri dan keluarganya serta istiqamah di atas al-Quran dan Sunnah, maka Allah pasti bersamanya Erti kebersamaan ini bukan seperti yang diyakini orang-orang wihdatul wujud  dari kalangan extrim sufi yang
meyakini Allah bersatu dalam diri makhluk-Nya atau hamba-Nya yang soleh Maha suci Allah dari apa yang mereka katakan-. Ini bukan dari Islam bahkan ini adalah aqidah orang-orang Nashara tentang Isa.
Sesungguhnya Allah bersemayam di atas Arsy-Nya di atas langit ketujuh : "Allah yang Maha Penyayang bersemayam di atas Arsy" (QS. Thoha : 5)
Allah bersama dengan hamba-Nya dengan penglihatan, pendengaran, pengawasan atau pertolongan-Nya,. dalam setiap keadaan. Allah akan memberinya petunjuk dan taufik, melindungi, menolong dan menjaganya.
Allah ta'ala berfirman :
"Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa dan orang-orangyang berbuat kebaikan." (QS. An-Nahl : 128).
Dan Allah berfiman kepada Musa dan Harun :
"Janganlah kalian berdua takut, sesungguhnya Aku bersama kalian. Aku mendengar dan melihat" (QS. Thoha : 46).
Allah juga berfirman menceritakan tentang Musa q :
"Sesungguhnya Rabbku bersamaku Dialah yang memberiku petunjuk" (QS. Asy-Syu'ara : 62).
Dan Nabi Muhammad saw pernah berkata kepada Abu Bakar r.a :
"Janganlah kau bersedih hati, sesungguhnya Allah bersama kita" (QS. At-Taubah : 40).
Inilah kebersamaan Allah yang khusus (bagi hamba-hamba-Nya yang beriman dan bertakwa) yang berupa pertolongan, penjagaan dan bantuan seperti yang dijelaskan oleh para Ulama. Hal ini berlainan dengan
kebersamaan-Nya secara umum (bagi semua makhluk-Nya yang kafir atau yang mukmin yang berupa pengawasan dan pendengaran serta penglihatan) seperti dalam firman-Nya :
"Tiada pembicaraan rahsia antara tiga orang, melainkan Dialah yang keempatnya" (QS. Al-Mujaadilah : 7)
Dan firman-Nya :
"Tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah padahal Allah beserta mereka" (QS. An-Nisaa : 108).
Kebersamaan ini berupa pengetahuan Allah, pengawasan-Nya terhadap perbuatan-perbuatan mereka dan ini mengandung ancaman.

Hukum Minta Pertolongan
Nabi saw bersabda :
"Apabila engkau meminta maka mintalah kepada Allah". Yang di maksud dengan meminta di sini adalah berdo'a dan do'a itu adalah ibadah. Allah ta'ala berfirman :
"Dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya" (QS. An-Nisaa :32)
Allah ta'ala mengancam orang sombong yang tidak mau berdo'a kepada-Nya. Dan Robb kalian berfirman :
Berdo'alah kepadaku maka pasti aku akan kabulkan. Sesungguhnya orang-orang yang sombong dari menyembah kepada-Ku maka pasti mereka akan masuk ke neraka jahannam dalam keadaan hina." (QS. Al-Mukmin : 60)
Maka wajib bagi seorang Muslim untuk dia tidak meminta/berdo'a kepada selain Allah dalam hal-hal yang tidak sanggup untuk melakukannya kecuali Allah. Barangsiapa yang meminta/berdo'a kepada selain Allah maka dia terjerumus kedalam kesyirikan yang Allah telah melarang hamba-Nya darinya. Allah berfirman :
"Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang berdo'a kepada selain Allah yang tidak bisa memperkenankan do'anya sampai hari kiamat" (QS.Al-Ahqof : 5).
Ibnuajab berkata: "Ketahuilah bahawa meminta kepada Allah adalah suatu yang wajib dilakukan. Kerana meminta itu mengandung erti merendahkan diri, tunduk serta mengharapkan dan keperluan dari sang peminta
(hamba). Dan hal tersebut juga mengandung pengakuan akan kemampuan yang di minta (Allah) untuk menghilangkan kesusahan dan mendatangkan kemanfaatan. Tidak ada yang patut untuk seorang Muslim itu merendahkan diri dan mengharapkan kecuali kepada Allah saja. Dan inilah hakikat ibadah. Jamiul ulum wal hikam hal. 181

Adapun meminta manusia dalam perkara-perkara dunia yang mereka sanggup melakukannya maka hal ini (sebenarnya tidak dibolehkan kecuali pada waktu darurat). Banyak hadits-hadits yang mencela meminta kepada manusia dan menganjurkan untuk bersikap memelihara diri dari meminta-minta.

Nabi saw pernah bersabda : "Wahai Qobishoh, sesungguhnya meminta itu tidak dibolehkan kecuali dalam salah satu dari tiga hal, yaitu :
1. Seseorang (yang mendamaikan pertikaian antara manusia lalu) dia menanggung beban biayanya maka boleh baginya meminta hingga dia mendapatkannya kemudian dia berhenti dari meminta.
2. Seseorang yang tertimpa bencana hingga musnah hartanya maka boleh baginya untuk meminta hingga dia mendapatkan hal yang bisa menampung hidupnya.
3. Seseorang yang tertimpa kemiskinan yang sangat hingga 3 orang yang cerdik dari kaumnya berkata: telah menimpa orang itu kemiskinan yang sangat maka boleh bagi orang ini untuk meminta sampai dia mendapatkan
hal yang bisa menampung hidupnya.

Selain ketiga hal ini -wahai Qobishoh- meminta-minta itu termasuk memakan harta yang haram" (HR Muslim)
Hadits di atas ini menunjukkan akan haramnya meminta-minta dan hal tersebut tidak dibolehkan kecuali kerana terpaksa seperti yang disebutkan dalam hadits atau yang semisalnya.

Allah  memuji hamba-hamba-Nya yang memelihara diri mereka dari meminta-minta kepada manusia. Allah ta'ala berfirman :
"Berinfaklah kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah ; mereka tidak dapat (berusaha) di muka bumi ; orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya kerana memelihara diri dari meminta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak." (QS. Al-Baqoroh : 273)
Nash-nash tentang hal ini banyak sekali, sebahagiannya mengharamkan (seperti hadits di atas) dan sebahagiannya lagi memakruhkan, semisal seorang meminta keperluan peribadinya kepada sahabatnya seperti
kenderaan, bejana, pensil dll. Nabi pernah membaiat sekelompok dari sahabatnya untuk mereka tidak meminta kepada manusia sesuatupun (diantaranya Abu Bakr, Abu Dzar dan Tsauban).

Pernah salah satu dari mereka suatu ketika jatuh cemeti atau tali kendali untanya, maka diapun tidak mau meminta seseorang untuk mengembalikan kepadanya. Maka sebahagian Ulama ketika mengulas hadits di atas berkata : "Didalamnya ada penjelasan bolehnya berpegang dengan keumuman (hadits) kerana mereka dilarang meminta (secara umum) dan didalamnya juga terdapat anjuran untuk memelihara diri dari meminta-minta walaupun sesuatu yang kecil"


Meminta Pertolongan Hanya Kepada Allah Saja

Nabi saw bersabda :
"Apabila engkau meminta pertolongan mintalah kepada Allah."
Seorang hamba meskipun memiliki kedudukan, kehormatan dan kekuasaan dia masih lemah dan fakir (memerlukan) untuk mendapat manfaat dan untuk terhindar dari kemudaratan. Oleh kerana itu wajib baginya memintapertolongan kepada Allah saja untuk mendapatkan kebaikan dunia dan akhirat. Barangsiapa yang di tolong Allah maka dialah yang beruntung dan di beri petunjuk. Dan barangsiapa yang tidak di tolong Allah dan
dibiarkan saja maka dia orang yang merugi dan gagal. Oleh kerana itu besar sekali kedudukan ucapan (laa haula wala quwwata illa billahi).

Ucapan tersebut adalah harta karun dari syurga sebagaimana yang dijelaskan oleh Rasulullah. Kerana ucapan tersebut mengandung pengakuan bahawa tidak ada daya kekuatan bagi seorang hamba untuk berbuat kecuali
dengan pertolongan Allah ta'ala.

Oleh kerana itu wajib bagi seorang muslim untuk meminta pertolongan hanya kepada Allah saja baik dalam menjalankan ketaatan atau meninggalkan kemaksiatan atau dalam bersabar atas semua yang menimpanya dan dalam istiqamah (di atas agama-Nya) hingga dia bertemu Allah di hari yang tidak bermanfaat lagi harta dan anak keturunan. Allah ta'ala berfirman :
"Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami
meminta pertolongan" (QS. Al-Fatihah : 5).
Nabi saw bersabda :
 Bersungguh-sungguhlah untuk berbuat yang bermanfaat dan mintalah pertolongan kepada Allah dan jangan engkau lemah" (HR. Muslim 5/521)

Iman Kepada Qada' dan Qadar
Nabi saw bersabda :
"Ketahuilah seandainya suatu umat berkumpul untuk memberikan manfaat kepadamu maka mereka tidak bisa memberi manfaat tersebut kecuali yang telah ditaqdirkan Allah untukmu dan apabila mereka berkumpul untuk memudharatkanmu maka mereka tidak dapat memudharatkamu kecuali dengan apa-apa yang ditakdirkan oleh Allah atasmu, telah di angkat pena dan telah kering tinta"

Di dalam hadits Rasulullah inilah terdapat penjelasan tentang Qada' dan Qadar, maka wajib bagi seorang hamba untuk mengimaninya. Allah ta'ala mengetahui segala sesuatu yang dikerjakan hamba-Nya berupa kebaikan dan keburukan dengan terperinci dan ilmunya tidak didahului oleh ketidaktahuan. Dan Allah maha mengetahui apa yang menimpa seorang hamba dari kebaikan (atau musibah) dan dia telah menuliskannya di lauhul mahfudz.

Nabi saw bersabda:
"Sesungguhnya Allah menuliskan takdir semua makhluk ini sejak 50.000 tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi" (HR. Muslim) Beliau juga bersabda : "Sesungguhnya makhluk pertama yang diciptakan Allah adalah al-Qolam lalu Allah mengatakan kepadanya : Tulislah (takdir semua makhluk ini), maka sejak itupun berjalan takdir Allah hingga hari kiamat" (HR. Ahmad 5/317 dan dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam Syarh Aqidah Thohawiyah hal. 294)

Seorang hamba tidak akan di timpa oleh sesuatu pun dari kebaikan dan musibah melainkan yang telah Allah takdirkan baginya. Barangsiapa yang akan Allah beri kebaikan maka tidak ada seorang pun dari penghuni langit dan bumi yang bisa menghalangi kebaikan tersebut, meskipun mereka bersatu-padu. Hal ini telah Allah jelaskan dalam al-Qur'an :
"Katakanlah : tidak ada yang menimpa kami melainkan yang telah Allah tuliskan untuk kami" (QS. At-Taubah : 51).
Dan Allah berfirman :
"Katakanlah : sekiranya kamu berada dirumahmu, nescaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar juga ketempat mereka terbunuh" (QS. Ali-Imran : 154).

Oleh kerana itulah Nabi saw bersabda :
"Telah di angkat pena dan telah kering tinta".
Ibnu Rojab berkata : "Ini adalah kinayah/perumpamaan akan berlalunya/berjalannya semua takdir dari waktu yang lampau. Kerana sebuah buku yang telah selesai penulisannya dan telah di angkat pena serta berlalu lama maka tinta pena yang di buat menulis itupun kering begitu pula yang dibuat menulis di kitab tersebut. Ini adalah
seindah-indahnya perumpamaan/kinayah" - Jami'ul Ulum Wal Hikam hal.182

Ingatlah Allah di Kala Senang Maka Allah Akan Mengingatimu di Kala Susah. Ini adalah kata-kata mutiara Nabi yang selayaknya untuk diingat dan disebarkan. Didalamnya ada seruan untuk selalu ingat kepada Allah di kala senang, aman, sihat, dan kaya serta gagah perkasa. Mengingat-Nya adalah dengan menjalankan kewajiban-kewajiban dan meninggalkan larangan-larangan-Nya serta dengan melaksanakan yang sunnah/nafilah. Barangsiapa yang ingat Allah di kala bahagia maka Allah pasti akan mengingatinya di kala kesempitan, kemiskinan, kesusahan dan di saat dia berduka cita serta menderita. Berapa banyak kesusahan di dunia ini yang menimpa seorang muslim, akan tetapi jika Allah mengingatinya maka Allah akan membantu dan menguatkannya di atas kebenaran dan menolongnya.

Sesungguhnya Nabi Muhammad selalu mengenal Rabb-Nya di kala senang dan bahagia hingga Allah pun mengenali/menolong beliau di kala di gua (tsaur), di perang Badar & Ahzab. Dialah yang menolong Nabi-Nya dan meninggikan benderanya. Demikian pula dengan Nabi Yunus beliau selalu mengenali Rabbnya di kala suka cita maka Allah pun mengenalinya di kala di dalam perut ikan dan Allahlah yang menyelamatkannya.

Kemenangan Bersama Kesabaran
Nabi saw bersabda :
"Ketahuilah bahwasanya kemenangan itu bersama kesabaran".
Hal ini dikuatkan oleh firman Allah ta'ala :
"Berapa banyak kelompok yang sedikit bisa mengalahkan kelompok yang banyak dengan seizin Allah. Dan Allah bersama orang-orang yang bersabar" (QS. Al-Baqarah : 249)
Dan firman-Nya :
"Jika ada diantara kalian seribu orang maka mereka akan mengalahkan 2000 (pasukan musuh) dengan seizin Allah. Dan Allah bersama orang-orang yang bersabar" (QS. Al-Anfal : 66)
Sabar adalah perangai mulia yang selalu diperlukan oleh seorang muslim hingga dia dapat melaksanakan perintah Allah. Bencana yang ditimpakan Allah kepada hamba-hamba-Nya juga membutuhkan kesabaran. Begitu pula  gangguan-gangguan dan rintangan-rintangan yang dihadapi oleh seorang muslim dalam perjalanan dakwahnya memerlukan kesabaran. Meninggalkan nafsu syahwat dan larangan-larangan Allah sangat memerlukan kesabaran.

Kerana hawa nafsu itu selalu menggoda manusia akan tetapi yang bisa selamat hanyalah yang di jaga oleh Allah ta'ala. Menjaga keta'atan kepada Allah memerlukan kesabaran dan demikian juga dengan memerangi musuh-musuh Allah sangat memerlukan kesabaran. Kerana jihad didalamnya banyak onak dan duri. Bersabar dalam menghadapi mereka merupakan sebab kemenangan seperti yang di jelaskan oleh Rasulullah. Kemenangan yang dijanjikan oleh Rasulullah ini mencakupi 2 bentuk jihad, seperti yang dikatakan oleh Ibnu Rajab :
"Kemenangan itu mencakupi 2 bentuk jihad, Jihad melawan musuh yangzahir/nampak dan jihad melawan musuh yang batin/tidak nampak (yaitu hawa nafsu). Barang siapa yang bersabar menghadapi keduanya maka diaakan mendapat kemenangan dan pertolongan. Dan barang siapa yang tidak bersabar menghadapi keduanya maka dia akan kalah dan menjadi tawanan atau terbunuh."  (Jami'ul Ulum wal Hikam 186)

Kelapangan Datang Setelah Kesempitan
Nabi saw bersabda :
"Sesungguhnya kelapangan datang setelah kesempitan."
Musibah, fitnah, ujian dan cubaan kadang menghujani diri seorang muslim, semakin lama terkadang semakin bertambah dan seolah-olah dunia terasa sempit baginya. Maka kesedihan dan kesusahan pun menghimpitnya, tapi apabila dia bersabar dan mengharapkan pahala Allah atas musibah tersebut serta dia meyakini bahawa semua ini telah ditaqdirkan dan ditentukan oleh Allah dan dia tidak putus asa akan pertolongan/rahmat Allah maka dia akan mendapatkan pertolongan, pengampunan dan rahmat Allah. Dan akan datang kelapangan padanya. Dan dibalik musibah itu sebenarnya banyak sekali hikmah dan pelajaran yang dapat dipetiknya. Allah ta'ala berfirman:
"Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cubaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan macam-macam cubaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: Bilakah datangnya pertolongan Allah? Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat" (QS. Al-Baqarah : 214).
Rasulullah pada waktu perang Ahzab ditimpa dan diuji dengan berbagai macam ujian,rasa takut, lapar, dingin dan kesulitan akan tetapi mereka para sahabat bersama beliau selalu tegar menghadapi semua itu seperti
tegarnya gunung batu yang kukuh. Lalu datanglah pertolongan Allah.

Kemudahan Pasti Datang Setelah Kesulitan
Nabi saw bersabda :
"Sesungguhnya setelah kesulitan pasti ada kemudahan."
Hal ini juga tercantum dalam firman-Nya :
"Allah akan menjadikan kemudahan setelah kesulitan" (QS. Ath-Tholaq : 7)
Dan firman-Nya :
"Sesungguhnya setelah kesulitan ada kemudahan dan sesungguhnya setelah kesulitan ada kemudahan" (QS. Asy-Syarhu : 5-6)
Sesungguhnya kesulitan, kesedihan, kesempitan dan musibah-musibah itu akan menjadikan seorang muslim suci dan bersih dari kotoran-kotoran (dosa dan noda) dan akan menjadikan hatinya selalu bergantung kepada
Allah dan semakin bertambah ketergantungan ini seiring dahsyatnya musibah dan cobaan. Seorang Muslim akan selalu merendahkan dirinya kepada Allah dengan niat yang ikhlas. Dan inilah sebab dihilangkannya
kesulitan.

Diriwayatkan bahawa Imam Syafi'i pernah mengatakan :
Bersabarlah, kerana kelapangan itu akan datang secepatnya. Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah dalam segala perkaranya maka dia akan bahagia. Barangsiapa yang selalu menyerahkan diri kepada Allah maka dia tidak akan ditimpa bencana Dan barangsiapa yang mengharap kepada Allah dia akan mendapatkan harapannya.
Di dalam hadits di atas Rasulullah menekankan bahwa kemudahan tidak akan kekal abadi selama dia mahu bersabar dan mengharap pahala serta yakin bahawa semua itu telah ditaqdirkan oleh Allah ta'ala dan tidak ada tempat untuk melarikan diri darinya, lalu diapun tetap istiqamah di atas agama-Nya.

Pelajaran-Pelajaran Yang Boleh Diambil Dari Hadits

1. Diharapkan bagi seorang guru untuk memusatkan perhatian murid sebelum dimulainya pelajaran. Hal ini diambil dari sabda beliau : "Wahai anak kecil, aku ingin mengajarimu beberapa kata"
2. Anjuran untuk mendidik dan mengajari anak-anak ilmu agama
3. Anjuran untuk menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya dalam hal-hal yang bermanfaat di dunia dan di akhirat. Sebagaimana Rasululllah menggunakan kesempatan berjalan dari satu tempat ke tempat yang lain dengan memberikan wasiat berharga bagi Ibnu Abbas r.a yang membonceng di belakang beliau.
4. Anjuran untuk bersifat jantan dan berani tapi dengan memakai akal pikiran dan mengerahkan daya upaya.

Barangsiapa yang meyakini bahwa mudharat dan manfaat itu hanya di tangan Allah dan bahwasanya yang
menimpa dirinya dari manfaat dan mudharat itu dari taqdir Allah maka hal ni semua akan menjadikannya gagah berani.

(Qowaaid Wa Fawaid Minal Arbain An-Nawawiyah oleh Nadzim Muhammad Sulthon, hal. 169-178. )

Wanita Ahli Syurga Dan Ciri-Cirinya



Penulis: Azhari Asri dan Redaksi 
Setiap insan tentunya mendambakan kenikmatan yang paling tinggi dan abadi. Kenikmatan itu adalah Syurga. Di dalamnya terdapat bejana-bejana dari emas dan perak, istana yang megah dengan dihiasi beragam permata, dan berbagai macam kenikmatan lainnya yang tidak pernah terlihat oleh mata, terdengar oleh telinga, dan terbetik di hati.

Dalam Al Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang menggambarkan kenikmatan-kenikmatan Syurga. Di antaranya Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :

“(Apakah) perumpamaan (penghuni) Syurga yang dijanjikan kepada orang-orang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tidak berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tidak berubah rasanya, sungai-sungai dari khamr (arak) yang lazat rasanya bagi peminumnya, dan sungai-sungai dari madu yang disaring dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Rabb mereka sama dengan orang yang kekal dalam neraka dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong-motong ususnya?” (QS. Muhammad : 15)

“Dan orang-orang yang paling dahulu beriman, merekalah yang paling dulu (masuk Syurga). Mereka itulah orang yang didekatkan (kepada Allah). Berada dalam Syurga kenikmatan. Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian. Mereka berada di atas sofa yang bertahtakan emas dan permata seraya bertelekan di atasnya berhadap-hadapan. Mereka dikelilingi oleh anak-anak muda yang tetap muda dengan membawa gelas, cerek, dan sloki (piala) berisi minuman yang diambil dari air yang mengalir, mereka tidak pening kerananya dan tidak pula mabuk dan buah-buahan dari apa yang mereka pilih dan daging burung dari apa yang mereka inginkan.” (QS. Al Waqiah : 10-21)

Di samping mendapatkan kenikmatan-kenikmatan tersebut, orang-orang yang beriman kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala kelak akan mendapatkan pendamping (isteri) dari bidadari-bidadari Syurga nan rupawan yang banyak dikisahkan dalam ayat-ayat Al Qur’an yang mulia, di antaranya :

“Dan (di dalam Syurga itu) ada bidadari-bidadari yang bermata jeli laksana mutiara yang tersimpan baik.” (QS. Al Waqiah : 22-23)

“Dan di dalam Syurga-Syurga itu ada bidadari-bidadari yang sopan, menundukkan pandangannya, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni Syurga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh jin.” (QS. Ar Rahman : 56)

“Seakan-akan bidadari itu permata yakut dan marjan.” (QS. Ar Rahman : 58)

“Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan penuh cinta lagi sebaya umurnya.” (QS. Al Waqiah : 35-37)

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam menggambarkan keutamaan-keutamaan wanita penduduk Syurga dalam sabda beliau :

“ … seandainya salah seorang wanita penduduk Syurga menengok penduduk bumi nescaya dia akan menyinari antara keduanya (penduduk Syurga dan penduduk bumi) dan akan memenuhinya bau wangi-wangian. Dan setengah dari kerudung wanita Syurga yang ada di kepalanya itu lebih baik daripada dunia dan isinya.” (HR. Bukhari dari Anas bin Malik radliyallahu 'anhu)

Dalam hadits lain Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda :

Sesungguhnya isteri-isteri penduduk Syurga akan memanggil suami-suami mereka dengan suara yang merdu yang tidak pernah didengarkan oleh seorangpun. Di antara yang didendangkan oleh mereka : “Kami adalah wanita-wanita pilihan yang terbaik. Isteri-isteri kaum yang termulia. Mereka memandang dengan mata yang menyejukkan.” Dan mereka juga mendendangkan : “Kami adalah wanita-wanita yang kekal, tidak akan mati. Kami adalah wanita-wanita yang aman, tidak akan takut. Kami adalah wanita-wanita yang tinggal, tidak akan pergi.” (Shahih Al Jami’ nomor 1557)

Apakah Ciri-Ciri Wanita Syurga

Apakah hanya orang-orang beriman dari kalangan laki-laki dan bidadari-bidadari saja yang menjadi penduduk Syurga? Bagaimana dengan isteri-isteri kaum Mukminin di dunia, wanita-wanita penduduk bumi?

Isteri-isteri kaum Mukminin yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya tersebut akan tetap menjadi pendamping suaminya kelak di Syurga dan akan memperoleh kenikmatan yang sama dengan yang diperoleh penduduk Syurga lainnya, tentunya sesuai dengan amalnya selama di dunia.

Tentunya setiap wanita Muslimah ingin menjadi ahli Syurga. Pada hakikatnya wanita ahli Syurga adalah wanita yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Seluruh ciri-cirinya merupakan cerminan ketaatan yang dia miliki. Di antara ciri-ciri wanita ahli Syurga adalah :

1. Bertakwa.

2. Beriman kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, hari kiamat, dan beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk.

3. Bersaksi bahawa tiada ilah yang berhak disembah kecuali Allah, bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadlan, dan naik haji bagi yang mampu.

4. Ihsan, yaitu beribadah kepada Allah seakan-akan melihat Allah, jika dia tidak dapat melihat Allah, dia mengetahui bahwa Allah melihat dirinya.

5. Ikhlas beribadah semata-mata kepada Allah, tawakkal kepada Allah, mencintai Allah dan Rasul-Nya, takut terhadap adzab Allah, mengharap rahmat Allah, bertaubat kepada-Nya, dan bersabar atas segala takdir-takdir Allah serta mensyukuri segala kenikmatan yang diberikan kepadanya.

6. Gemar membaca Al Qur’an dan berusaha memahaminya, berdzikir mengingat Allah ketika sendiri atau bersama banyak orang dan berdoa kepada Allah semata.

7. Menghidupkan amar ma’ruf dan nahi mungkar pada keluarga dan masyarakat.

8. Berbuat baik (ihsan) kepada tetangga, anak yatim, fakir miskin, dan seluruh makhluk, serta berbuat baik terhadap haiwan ternak yang dia miliki.

9. Menyambung tali persaudaraan terhadap orang yang memutuskannya, memberi kepada orang, menahan pemberian kepada dirinya, dan memaafkan orang yang mendhaliminya.

10. Berinfak, baik ketika lapang maupun dalam keadaan sempit, menahan amarah dan memaafkan manusia.

11. Adil dalam segala perkara dan bersikap adil terhadap seluruh makhluk.

12. Menjaga lisannya dari perkataan dusta, saksi palsu dan menceritakan keburukan orang lain (ghibah).

13. Menepati janji dan amanah yang diberikan kepadanya.

14. Berbakti kepada kedua orang tua.

15. Menyambung silaturahim dengan karib kerabatnya, sahabat terdekat dan terjauh.

Demikian beberapa ciri-ciri wanita Ahli Syurga yang kami sadur dari kitab Majmu’ Fatawa karya Syaikhul Islam Ibnu Tamiyyah juz 11 halaman 422-423. Ciri-ciri tersebut bukan merupakan suatu batasan tetapi ciri-ciri wanita Ahli Syurga seluruhnya masuk dalam kerangka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Allah Ta’ala berfirman :

“ … dan barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, nescaya Allah memasukkannya ke dalam Syurga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai sedang mereka kekal di dalamnya dan itulah kemenangan yang besar.” (QS. An Nisa’ : 13).

Wallahu A’lam Bis Shawab.

Keutamaan Berzikir dan Koleksi Doa dan Zikir Bahagian 1



DALIL-DALIL KEUTAMAAN BERZIKIR


Allah Ta’ala berfirman:

“Kerana itu, ingatlah kamu kepadaKu, nescaya Aku ingat (pula) kepadamu (dengan memberikan rahmat dan pengampunan). Dan bersyukurlah kepada-Ku, serta jangan ingkar (pada nikmat-Ku)”. (Al-Baqarah, 2:152).

“Hai, orang-orang yang beriman, ber-dzikirlah yang banyak kepada Allah (dengan menyebut namaNya)”. (Al-Ahzaab, 33:42).

“Laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, maka Allah me-nyediakan untuk mereka pengampunan dan pahala yang agung”. (Al-Ahzaab, 33:35).

“Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut (pada siksaanNya), serta tidak mengeraskan suara, di pagi dan sore hari. Dan janganlah kamu terma-suk orang-orang yang lalai”. (Al-A’raaf, 7:205).

Rasulullah s.a.w bersabda:

((مَثَلُ الَّذِيْ يَذْكُرُ رَبَّهُ وَالَّذِيْ لاَ يَذْكُرُ رَبَّهُ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ)).

Perumpamaan orang yang ingat akan Rabbnya dengan orang yang tidak ingat Rabbnya laksana orang yang hidup dengan orang yang mati.[1]

((أَلاَ أُنَبِّئُكُمْ بِخَيْرِ أَعْمَالِكُمْ، وَأَزْكَاهَا عِنْدَ مَلِيْكِكُمْ، وَأَرْفَعِهَا فِيْ دَرَجَاتِكُمْ، وَخَيْرٍ لَكُمْ مِنْ إِنْفَاقِ الذَّهَبِ وَالْوَرِقِ، وَخَيْرٍ لَكُمْ مِنْ أَنْ تَلْقَوْا عَدُوَّكُمْ فَتَضْرِبُوْا أَعْنَاقَهُمْ وَيَضْرِبُوْا أَعْنَاقَكُمْ))؟ قَالُوْا بَلَى. قَالَ: ((ذِكْرُ اللهِ تَعَالَى)).

“Mahukah kamu, aku tunjukkan perbuatanmu yang terbaik, paling suci di sisi Rajamu (Allah), dan paling mengangkat derajatmu; lebih baik bagimu dari infaq emas atau perak, dan lebih baik bagimu daripada bertemu dengan musuhmu, lantas kamu memenggal lehernya atau mereka memenggal lehermu?” Para sahabat yang hadir berkata: “Mahu (wahai Rasulullah)!” Beliau bersabda: “Dzikir kepada Allah Yang Maha Tinggi”.[2]

Rasulllah s.a.w bersabda:

يَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى: ((أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِيْ بِيْ، وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِيْ، فَإِنْ ذَكَرَنِيْ فِيْ نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِيْ نَفْسِيْ، وَإِنْ ذَكَرَنِيْ فِيْ مَلأٍ ذَكَرْتُهُ فِيْ مَلأٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ شِبْرًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا، وَإِنْ أَتَانِيْ يَمْشِيْ أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً)).

Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai dengan persangkaan hambaKu kepadaKu, Aku bersamanya (dengan ilmu dan rahmat) bila dia ingat Aku. Jika dia mengingatKu dalam dirinya, Aku mengingatnya dalam diriKu. Jika dia menyebut namaKu dalam suatu perkumpulan, Aku menyebutnya dalam perkumpulan yang lebih baik dari mereka. Bila dia mendekat kepadaKu sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta. Jika dia mendekat kepadaKu sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika dia datang kepadaKu dengan berjalan (biasa), maka Aku mendatanginya dengan berjalan cepat”.[3]


وَعَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ بُسْرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلاً قَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنَّ شَرَائِعَ اْلإِسْلاَمِ قَدْ كَثُرَتْ عَلَيَّ فَأَخْبِرْنِيْ بِشَيْءٍ أَتَشَبَّثُ بِهِ. قَالَ: ((لاَ يَزَالُ لِسَانُكَ رَطْبًا مِنْ ذِكْرِ اللهِ)).

Dari Abdullah bin Busr z, dia berkata: Bahawa ada seorang lelaki berkata: “Wahai, Rasulullah! Sesungguhnya sya-ri’at Islam telah banyak bagiku, oleh kerana itu, beritahulah aku sesuatu buat pegangan”. Beliau bersabda: “Tidak hentinya lidahmu basah kerana dzikir kepada Allah (lidahmu selalu mengucapkannya).”[4]

Rasulullah s.a.w bersabda:

((مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللهِ فَلَهُ حَسَنَةٌ، وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا، لاَ أَقُوْلُ: {الـم} حَرْفٌ؛ وَلَـكِنْ: أَلِفٌ حَرْفٌ، وَلاَمٌ حَرْفٌ، وَمِيْمٌ حَرْفٌ)).

“Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Al-Qur’an, akan mendapatkan satu kebaikan. Sedang satu kebaikan akan dilipatkan sepuluh semisalnya. Aku tidak berkata: Alif laam miim, satu huruf. Akan tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf.”[5]

وَعَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: خَرَجَ رَسُوْلُ اللهِ n وَنَحْنُ فِي الصُّفَّةِ فَقَالَ: ((أَيُّكُمْ يُحِبُّ أَنْ يَغْدُوَ كُلَّ يَوْمٍ إِلَى بُطْحَانَ أَوْ إِلَى الْعَقِيْقِ فَيَأْتِيْ مِنْهُ بِنَاقَتَيْنِ كَوْمَاوَيْنِ فِيْ غَيْرِ اِثْمٍ وَلاَ قَطِيْعَةِ رَحِمٍ؟ )) فَقُلْنَا: يَا رَسُوْلَ اللهِ نُحِبُّ ذَلِكَ. قَالَ: ((أَفَلاَ يَغْدُوْ أَحَدُكُمْ إِلَى الْمَسْجِدِ فَيَعْلَمَ، أَوْ يَقْرَأَ آيَتَيْنِ مِنْ كِتَابِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ خَيْرٌ لَهُ مِنْ نَاقَتَيْنِ، وَثَلاَثٌ خَيْرٌ لَهُ مِنْ ثَلاَثٍ، وَأَرْبَعٌ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَرْبَعٍ، وَمِنْ أَعْدَادِهِنَّ مِنَ اْلإِبِلِ)).

Dari Uqbah bin Amir z, dia berkata: “Rasulullah s.a.w keluar, sedang kami di serambi masjid (Madinah). Lalu beliau bersabda: “Siapakah di antara kamu yang senang berangkat pagi pada tiap hari ke Buthhan atau Al-Aqiq, lalu kembali dengan membawa dua unta yang besar punuknya, tanpa mengerjakan dosa atau memutus sanak?” Kami (yang hadir) berkata: “Ya kami senang, wahai Rasulullah!” Lalu beliau bersabda: “Apakah seseorang di antara kamu tidak berangkat pagi ke masjid, lalu memahami atau membaca dua ayat Al-Qur’an, hal itu lebih baik baginya daripada dua unta. Dan (bila memahami atau membaca) tiga (ayat) akan lebih baik daripada memperoleh tiga (unta). Dan (bila memahami atau mengajar) empat ayat akan lebih baik baginya daripada memperoleh empat (unta), dan demikian dari seluruh bilangan unta.”[6]

Rasulullah s.a.w bersabda:

((مَنْ قَعَدَ مَقْعَدًا لَمْ يَذْكُرِ اللهَ فِيْهِ كَانَتْ عَلَيْهِ مِنَ اللهِ تِرَةٌ، وَمَنِ اضْطَجَعَ مَضْجَعًا لَمْ يَذْكُرِ اللهَ فِيْهِ كَانَتْ عَلَيْهِ مِنَ اللهِ تِرَةٌ)).

“Barangsiapa yang duduk di suatu tempat, lalu tidak berdzikir kepada Allah di dalamnya, pastilah dia mendapatkan hukuman dari Allah dan barangsiapa yang berbaring dalam suatu tempat lalu tidak berdzikir kepada Allah, pastilah mendapatkan hukuman dari Allah.”[7]

((مَا جَلَسَ قَوْمٌ مَجْلِسًا لَمْ يَذْكُرُوا اللهَ فِيْهِ، وَلَمْ يُصَلُّوْا عَلَى نَبِيِّهِمْ إِلاَّ كَانَ عَلَيْهِمْ تِرَةٌ، فَإِنْ شَاءَ عَذَّبَهُمْ وَإِنْ شَاءَ غَفَرَ لَهُمْ)).

“Apabila suatu kaum duduk di majlis, lantas tidak berdzikir kepada Allah dan tidak membaca salawat kepada Nabi-nya, pastilah ia menjadi kekurangan dan penyesalan mereka, maka jika Allah menghendaki mampu menyeksa mereka dan jika menghendaki mengampuni mereka.”[8]

((مَا مِنْ قَوْمٍ يَقُوْمُوْنَ مِنْ مَجْلِسٍ لاَ يَذْكُرُوْنَ اللهَ فِيْهِ إِلاَّ قَامُوْا عَنْ مِثْلِ جِيْفَةِ حِمَارٍ وَكَانَ لَهُمْ حَسْرَةً)).

“Setiap kaum yang berdiri dari suatu majlis, yang mereka tidak berdzikir kepada Allah di dalamnya, maka mereka laksana berdiri dari bangkai keledai dan hal itu menjadi penyesalan mereka (di hari Kiamat).”[9]

___________________________________________________________________________________

Koleksi Doa Dan Zikir

1- BACAAN KETIKA BANGUN DARI TIDUR

1- ((اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَحْيَانَا بَعْدَ مَا أَمَاتَنَا وَإِلَيْهِ النُّشُوْرِ)).

1. “Segala puji bagi Allah, yang membangunkan kami setelah ditidurkanNya dan kepadaNya kami dibangitkan.”[10]

2- ((لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. سُبْحَانَ اللهِ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، وَلاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ)) ((رَبِّ اغْفِرْ لِيْ)).

2. ‘Tiada Tuhan yang haq selain Allah, Yang Maha Esa, tiada sekutu bagiNya. BagiNya kerajaan dan pujian. Dia-lah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada Tuhan yang haq selain Allah, Allah Maha Besar, tiada daya dan kekuatan, kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Agung’. ‘Wahai, Tuhanku! Ampunilah dosaku’.[11]

3- ((اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ عَافَانِيْ فِيْ جَسَدِيْ، وَرَدَّ عَلَيَّ رُوْحِيْ، وَأَذِنَ لِيْ بِذِكْرِهِ)).

3. “Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kesihatan pada jasadku dan mengembalikan rukuk kepadaku serta mengizinkanku untuk berdzikir kepadaNya.”[12]

4. “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi silih bergantinya malam dan siang, terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah dalam keadaan berdiri, duduk atau berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): ‘Ya, Tuhan kami! Tidaklah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa Neraka. Ya Rabb kami, sesungguhnya barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam Neraka, maka sungguh telah Engkau hinakan ia, dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun. Ya Rabb kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu): "Berimanlah kamu kepada Rabbmu"; maka kamipun beriman. Ya Rabb kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang berbakti. Ya Rabb kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau. Dan janganlah Engkau hinakan kami di hari Kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji". Maka Rabb mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman): "Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (kerana) sebahagian kamu adalah turunan dari sebahagian yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Kuhapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah Aku masukkan mereka ke dalam Surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah. Dan Allah pada sisiNya pahala yang baik". Janganlah sekali-kali kamu terpedaya oleh kebebasan orang-orang kafir bergerak di dalam negeri. Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat tinggal mereka ialah Jahannam; dan Jahannam itu adalah tempat yang seburuk-buruknya. Akan tetapi orang-orang yang bertaqwa kepada Rabbnya, bagi mereka Syurga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, sedang mereka kekal di dalamnya sebagai tempat tinggal (anugerah) dari sisi Allah. Dan apa yang di sisi Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang berbakti. Dan sesungguhnya di antara ahli kitab ada orang yang beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kamu dan yang diturunkan kepada mereka sedang mereka berendah hati kepada Allah dan mereka tidak menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit. Mereka memperoleh pahala di sisi Rabbnya. Sesungguhnya Allah amat cepat perhitunganNya. Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetap-lah bersiap siaga (di perbatasan negeri-mu) dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beruntung”.[13] (Ali ‘Imran, 3: 190-200).


___________________________________________________________________________________
Sumber Hadis:

[1] HR. Al-Bukhari dalam Fathul Bari 11/208. Imam Muslim meriwayatkan dengan lafazh sebagai berikut:

((مَثَلُ الْبَيْتِ الَّذِيْ يُذْكَرُ اللهُ فِيْهِ وَالْبَيْتِ الَّذِيْ لاَ يُذْكَرُ اللهُ فِيْهِ مَثَلُ الْحَيِّ وَالْمَيِّتِ)).

“Perumpamaan rumah yang digunakan untuk dzikir kepada Allah dengan rumah yang tidak digunakan untuk dzikir, laksana orang hidup dengan yang mati”. (Shahih Muslim 1/539).


[2] HR. At-Tirmidzi 5/459, Ibnu Majah 2/1245. Lihat pula Shahih Tirmidzi 3/139 dan Shahih Ibnu Majah 2/316.


[3] HR. Al-Bukhari 8/171 dan Muslim 4/2061. Lafazh hadits ini riwayat Al-Bukhari.


[4] HR. At-Tirmidzi 5/458, Ibnu Majah 2/1246, lihat pula dalam Shahih At-Tirmidzi 3/139 dan Shahih Ibnu Majah 2/317.


[5] HR. At-Tirmidzi 5/175. Lihat pula Shahih At-Tirmidzi 3/9 dan Shahih Jaami’ush Shaghiir 5/340.


[6] HR. Muslim 1/553.


[7] HR. Abu Dawud 4/264; Shahihul Jaami’ 5/342.


[8] Shahih At-Tirmidzi 3/140.


[9] HR. Abu Dawud 4/264, Ahmad 2/389 dan Shahihul Jami’ 5/176.


[10] HR. Al-Bukhari dalam Fathul Baari 11/113, Muslim 4/2083.


[11]. Barangsiapa mengucapkan demikian itu, maka dia diampuni. Apabila dia berdoa, akan dikabulkan. Lalu apabila dia berdiri dan berwudhu, kemudian melakukan shalat, maka shalatnya diterima (oleh Allah). HR. Imam Al-Bukhari dalam Fathul Baari 3/39, begitu juga imam hadits yang lain. Dan lafazh hadits tersebut menurut riwayat Ibnu Majah 2/335.


[12] HR. At-Tirmidzi 5/473 dan lihat Shahih At-Tirmidzi 3/144.


[13] HR Imam Al-Bukhari dalam Fathul Bari 8/237 dan Muslim 1/530.